MOVIE REVIEW
Roman dengan latar situasi sosial di Madison County, Iowa pada tahun 1960 ini unggul tidak hanya dari originalitas kisah, melainkan juga dari dua bintang utama yang tidak mungkin kita pungkiri lagi talentanya sebagai pemain watak kelas senior, yaitu Meryl Streep (sebagai Francesca Johnson) dan Clint Eastwood ( sebagai Robert Kincaid).
Alur cerita menitikberatkan pada sebuah affair singkat selama 4 hari saja antara Francesca Johnson (Streep) dan Robert Kincaid (Eastwood), sepasang pria dan wanita paruh baya yang dipertemukan oleh sungguh sebuah ketidaksengajaan namun cinta tersebut sanggup berefek nyaris kekal hingga ajal memisahkan mereka dengan caranya masing-masing.
Meskipun affair menjadi tajuk utama film ini, jangan harap kita akan menemukan hubungan terlarang yang memuakkan dan aksi tidak peduli akan perasaaan orang-orang yang mereka khianati demi langgengnya kelangsungan hubungan affair tersebut.
Salah satu dari sekian banyak alasan mengapa saya kerap memfavoritkan film klasik ini adalah karena cerita cinta Francesca dan Robert sangat luar biasa, dewasa, menggugah, dan sama sekali jauh dari kata "egois", hal yang biasanya akan sangat wajar dialami oleh orang yang terlibat sebuah affair.
Pokoknya, jika Anda menonton film ini, di akhir cerita Anda akan memetik lesson yang kuat dan dalam sekali tentang an unselfishly true love story, hingga kemungkinan besar Anda akan lupa bahwa di awal, film ini menyuguhkan tema affair sebagai pemanisnya.
Kisah dibuka oleh adegan anak-anak Francesca, yaitu Michael Johnson dan Carolyn Johnson, yang kembali ke rumah tempat mereka dibesarkan semasa kecil di Madison County untuk mengurus pemakaman ibu mereka.
Ketika bertemu dengan pengacara yang mengurus surat wasiat ibu mereka, Carolyn dan Michael menemukan beberapa permintaan terakhir sang ibu yang sedikit tidak familiar..
Permintaan janggal tersebut antara lain seperti keinginan Francesca agar jasadnya dikremasi lalu abunya dibuang di atas Jembatan Roseman, serta kotak deposit berisi barang-barang penting yang harus dibuka oleh Carolyn dan Michael.
Dalam kotak deposit tersebut, Francesca meninggalkan sebuah surat dan barang-barang lain seperti 4 buku harian, majalah National Geographic, kamera tua, foto-foto, dan sebuah liontin, yang semua barang itu ia sertakan sebagai bukti pelengkap rahasia yang akan dia kemukakan pada anak-anaknya melalui surat wasiat.
Di awal surat, Francesca mengatakan pada anak-anaknya bahwa ia bisa saja mengubur rahasia ini bersama sisa jasadnya, akan tetapi seiring bertambahnya umur, ketakutannya untuk menanggalkan rahasia itu sebelum ajal menjemput pun semakin berkurang.
Francesca lebih mengedepankan tanggung jawabnya sebagai seorang Ibu untuk jujur menyikapi rahasia sepekat apapun dalam hidup agar kelak anak-anaknya bisa memetik teladan dari seorang wanita yang berani mengakui kesalahannya semasa menjadi istri dari ayah mereka.
Dari sini, adegan kilas balik ke masa lalu Francesca pun dimulai.
Rahasia
affair yang Francesca hendak ungkapkan berawal dari kepergian suami dan anak-anaknya selama 4 hari ke Pekan Raya Illinois untuk memamerkan lembu unggulan hasil peternakan mereka.
Meskipun terkesan buruk, akan tetapi bagi Francesca yang berstatus a 24 hours full time stayed home housewife, kepergian suami dan anak-anaknya ini merupakan hal yang ia tunggu-tunggu demi menjadi lady of leisure yang bisa bersantai sejenak dari rutinitas rumah tangga.
Pun demikian, nyatanya tidak banyak yang bisa dilakukan oleh Francesca untuk mengisi waktu luang di sebuah rumah besar di tengah lahan pertanian yang dimiliki oleh suami Francesca sejak generasi terdahulu itu.
Terlebih lagi, suasana Iowa yang cenderung dikenal sebagai wilayah pertanian terpencil dan jauh dari hiruk pikuk kota besar, semakin menambah kesan suram dalam rasa bosan yang selalu tampak jelas di raut wajah Francesca.
Keesokan hari, saat sedang membersihkan teras rumah, Francesca mendapat kunjungan yang tidak terduga dari Robert Kincaid.
Pria yang bekerja sebagai fotografer Majalah National Geographic di Washington ini mengaku tersesat dan menanyakan arah menuju Jembatan Roseman.
Francesca sempat menjelaskan rute yang harus dilalui oleh Robert, namun karena penjelasannya hanya semakin membuat Robert bingung, akhirnya Francesca menawarkan untuk menunjukkan jembatan tersebut secara langsung.
Dalam perjalanan menuju Jembatan Roseman, Francesca dan Robert sempat diliputi oleh rasa canggung.
Namun situasi mulai mencair setelah mereka terlibat percakapan yang menyenangkan tentang asal usul satu sama lain.
Francesca menceritakan bahwa ia adalah pendatang dari Bari, sebuah kota kecil di timur Italia yang jauh dari jangkauan turis apalagi pendatang.
Di luar dugaan, ternyata Robert pernah mengunjungi kota tersebut hanya karena ia tertarik untuk menikmati pemandangannya yang indah.
Pengakuan Robert tersebut cukup membuat Francesca kaget sekaligus cukup terkesima akan jiwa petualangan dan pola pikirnya yang tidak monoton.
Di mata Francesca, dia tidak pernah mengenal ada pria yang cukup bodoh untuk turun begitu saja dari kereta demi menikmati kota kecil yang bahkan menurut dirinya sendiri sangat membosankan.
Belum lagi sikap
spontaniously gentleman yang Robert tunjukkan lewat memetikkan bunga liar untuk Francesca sebagai tanda terima kasih, setibanya mereka di Jembatan Roseman.
Kebersamaan mereka tidak lama karena Robert berencana untuk kembali memotret Jembatan Roseman esok hari saat cahaya fajar baru menyingsing.
Setelah mengantarkan Francesca kembali ke rumah, entah karena ingin berterima kasih atau alasan lain, Francesca mengundang Robert untuk mampir sebentar dan menyesap segelas es teh bersamanya.
Segelas es teh ini berlanjut jadi tawaran makan siang dan akhirnya semakin melibatkan mereka dalam percakapan yang akrab layaknya sahabat karib yang sudah lama tidak bertemu.
Melalui percakapan lepas makan siang ini, penonton pun dibimbing untung mengetahui latar belakang lebih lanjut mengenai masa lalu Francesca dan Robert.
Seperti fakta bahwa Francesca dulu bertemu suaminya, Richard Johnson, saat sang suami menjalani tugas militer di Naples, Italia.
Kala itu, Francesca tidak tahu apa-apa mengenai Iowa.
Ia hanya tahu bahwa kampung halaman suaminya itu adalah bagian dari benua Amerika yang pasti jauh lebih baik daripada menghabiskan sisa umur di kota kecil bernama Bari, Timur Italia.
Yang terjadi, setelah menjalani hidup yang kental dengan suasana pertanian di Iowa selama belasan tahun, Francesca justru merasa bahwa ini bukanlah hidup yang dia impikan semasa muda.
Ditambah lagi Carolyn dan Michael --anak-anak Francesca-- yang beranjak mandiri layaknya remaja normal, semakin menambah sunyi hari-hari Francesca sejak ia diminta untuk berhenti bekerja sebagai guru oleh sang suami.
Intinya, Francesca mengatakan bahwa Iowa merupakan kota kecil yang nyaman bahkan terlalu tenang.
Semua warga pasti saling mengenal sehingga ketika ada istri tetangga yang kepergok berselingkuh dengan pria lain, seluruh penduduk bisa dipastikan mengetahui tiap detil gosipnya dan tidak akan berhenti memberi pandangan jijik pada wanita itu setiap kali mereka berpapasan di jalan.
Lucunya, ketika Robert bertanya seperti apa karakter Richard --suami Francesca--, Francesca mengatakan bahwa suaminya adalah suami yang baik, pekerja keras, dan sangat bersih. ^_^
Tak pelak, deskripsi Francesca membuat Robert tersenyum geli.
Sebagai penonton, saya pun jadi bisa menyimpulkan bahwa suami Francesca memang seorang pria yang biasa kita sebut sebagai "
just an okey husband" tapi sepertinya Richard tidak pernah terpikir untuk bersikap romantis dan memperhatikan hal-hal yang menjadi harapan sang istri terhadap suami dalam pernikahan.
Di lain pihak, Robert menceritakan pengalamannya memotret ke berbagai penjuru dunia sehingga gaya hidup demikian menjadikannya sebagai pria yang menyukai mobilitas namun tidak pandai dalam menyikapi komitmen dalam pernikahan.
Itulah salah satu dari sekian banyak penyebab yang pernah menempatkan Robert pada situasi bernama perceraian.
Sejurus kemudian, perbedaan pola pikir itu menuntun Francesca dan Roberts pada argumentasi yang cukup sensitif.
Francesca tidak habis pikir bagaimana bisa Robert sesukanya menentukan gaya hidup bebas ala petualang liar tanpa pernah mengindahkan sedikitpun harapan orang-orang di sekitar Robert untuk hidup mapan dan berrumah tangga.
Tidak terima, Robert pun mengaku ia muak dengan nilai-nilai budaya Amerika yang menghipnotis semua orang dengan tuntutan untuk berkomitmen dalam kehidupan berkeluarga.
Merasa Roberts merendahkan pilihannya untuk berkeluarga alih-alih berkelana di sisi lain dunia seperti yang Robert lakukan, Francesca pun meminta Robert untuk meninggalkan rumahnya.
Sebelum pergi, Robert sempat meminta maaf dan meluruskan kesalahpahaman dari maksud perkataannya.
Salah paham yang tidak menyenangkan itu akhirnya membuat Francesca berinisiatif untuk meninggalkan pesan maaf dan mengundang Robert besok untuk makan malam.
Kertas pesan tersebut ia tempelkan di Jembatan Roseman karena ia tahu Robert akan kembali untuk memotret jembatan esok, kala fajar.
Awalnya, Robert senang menanggapi pesan dan undangan dari Francesca.
Namun ia sempat berubah pikiran ketika di sebuah kafe ia secara tidak sengaja bertemu Lucy Redfield, wanita yang selalu dihakimi oleh masyarakat akibat kasus
affair-nya.
Via percakapan telepon, Robert mengatakan bahwa ia tidak ingin menempatkan Francesca pada situasi yang akan merugikannya di mata orang-orang sekitar, sehingga bila Francesca tidak yakin, ada baiknya bila mereka tidak perlu bertemu lagi.
Perhatian Robert yang demikian, entah bagaimana justru membuat Francesca yakin untuk tetap mengajaknya makan malam bersama.
Francesca dan Robert akhirnya menyerah juga pada kuatnya
chemistry dan daya tarik yang berusaha mereka sangkal sejak awal.
Sejak momen makan malam bersama, Francesca dan Robert memanfaatkan waktu dari 4 hari yang tersisa untuk berpiknik dan menghabiskan hari bersama ke tempat-tempat yang mereka yakin tidak akan ada warga Madison County yang mengenali mereka disana.
Ada sensasi begitu kuat dan rasa saling memahami yang mustahil untuk dipungkiri dari kebersamaan dan wacana-wacana sederhana mereka.
Francesca yang kesepian dan tidak menemukan sosok yang memperhatikan dirinya sebagai seorang wanita, seolah bisa dipahami dan diterima dengan mudah oleh Robert yang selama ini begitu betah menjadi pengelana hidup dan warga negara dunia.
Francesca membuat Robert tergugah untuk ingin mencoba segalanya demi komitmen sebuah cinta yang ia yakini hanya terjadi sekali dalam hidup,
the kind of love that so many people out there maybe don't believe that this could ever happened in life.
Pertemuan mereka yang berawal dari "arahan Takdir yang bersifat acak" dan percakapan singkat ternyata mampu menimbulkan cinta tulus dan kuat.
Sedihnya, semakin mereka mengenal satu sama lain, dan semakin mereka menjalani kebersamaan, semakin mereka tercekat oleh kesedihan akan realita cinta yang memiliki masa kadaluarsa kurang dari 4 hari ini.
Francesca yang pada awalnya menganggap hubungan ini kelak hanya akan ia kenang sebagai fantasi kehidupan, ternyata terlibat lebih jauh pada hal yang sama sekali tidak ia persiapkan.
Bagaimana moralitas yang mesti ia pertanggungjawabkan pada keluarga dan dirinya sendiri setelah melewati
affair ini.
Dan bagaimana takdir semakin menyeret Francesca dalam pusaran dilema saat kulminasi hubungan ini menawarkan lebih dari sekedar pertemuan sesaat.
Di sisi lain, anak-anak Francesca yang telah separuh jalan membaca buku harian sang ibu, semakin tidak sabar untuk mengetahui akhir dari kisah Francesca dan Robert, agar mereka tidak terkonsumsi oleh godaan untuk berburuk sangka pada ibu sendiri setelah mengetahui besarnya perasaan emosional yang Francesca libatkan terhadap Robert dalam
affair ini.
Empat babak terakhir dari film ini adalah babak-babak favorit yang sangat menyentuh saya.
Sehari menjelang kepulangan keluarganya, Francesca semakin diiputi oleh gundah dan galau.
Dia tidak bisa mengelak bahwa ajakan Robert untuk pergi bersamanya adalah pilihan indah yang ingin sekali ia lakukan.
Akan tetapi jika ia pergi, Francesca yakin anak-anak dan suaminya tidak akan tahan akan gunjingan masyarakat terhadap keluarga mereka.
Francesca juga merasa tidak adil melakukan hal egois ini pada suaminya yang baik dan bertanggung jawab.
Teladan yang ia tinggalkan pada anak-anaknya juga tentu tidak bijak dan tidak akan membantu mereka pada saat mereka menjadi pribadi yang mengenal cinta kelak bila mereka tumbuh dalam kenangan seorang ibu yang lari demi seorang pria asing.
Selain itu, Francesca juga mengingatkan Robert bahwa bayangan akan cinta mereka mungkin tidak akan seindah yang mereka miliki selama 4 hari terakhir bila mereka menutup kebersamaan ini dengan bersikap egois dan pergi bersama meninggalkan semua yang telah dibangun oleh Francesca untuk keluarganya.
Ia yakin, bila mereka pergi bersama, rasa bersalah justru akan menghantui hidup mereka dan dalamnya cinta mereka pasti hanya akan menjadi tidak berharga.
Bersama mereka terisak dalam pelukan karena keduanya mengetahui bahwa tidak ada dari mereka yang ingin meninggalkan satu sama lain.
Robert yang sangat ingin bersama Francesca, rela menunggu selama beberapa hari di kota, bila saja Francesca berubah pikiran.
Adegan Robert yang tidak sengaja bertemu dengan Francesca di persimpangan jalan ketika Francesca selesai menemani suaminya berbelanja, resmi menjadi adegan yang memaksa saya mulai meraih kotak tissue. ^_^
Ilustrasi perasaan dilematis yang dramatis.
Mobil Robert di-setting untuk berada persis di depan mobil yang dikendarai oleh Richard (suami Francesca) saat mereka tengah menunggu lampu lalu lintas berubah warna.
Ketika lampu telah berubah menjadi merah pun, Robert tetap bergeming sebagai tanda ia memberi waktu andai saja Franceca memutuskan untuk turun dari mobil sang suami dan pergi bersamanya.
Francesca yang telah terisak diam-diam seraya menggenggam erat gagang pintu mobil, tetap tak kuasa untuk melarikan diri, hingga akhirnya Richard mengklakson dan memaksa Robert untuk melaju.
Itulah kali terakhir Francesca melihat sosok Robert hingga lenyap di kejauhan.
Kalau Anda sudah tersedu menonton adegan perpisahan Robert dan Francesca, saya rasa mungkin Anda akan terisak begitu menyaksikan adegan dan kalimat-kalimat terakhir film ini.
Sepeninggal Robert, Francesca terus mantap bertahan hidup di tanah pertanian menjalani dedikasinya sebagai istri dan ibu.
Sambil terus diam-diam mencintai Robert, Francesca menjalin persahabatan yang tulus dengan Lucy Redfield, janda terisolir akibat kasus affairnya yang membuat gempar.
Hal itu Francesca lakukan karena sebagai orang yang pernah terlibat affair, ia bersimpati atas pandangan menghakimi yang terus orang lontarkan atas satu kesalahan Lucy.
Dedikasi Francesca berjalan mulus hingga saat ajal menjemput suaminya.
Malang bagi Francesca, setelah kepergian sang suami, ia tidak berhasil menghubungi Robert karena fotografer jurnalisik itu telah lama berhenti bekerja di Majalah National Geographic.
Satu-satunya hal yang bisa Francesca lakukan untuk merayakan kenangan cinta mereka adalah dengan rutin mendatangi tempat piknik yang dulu mereka kunjungi, tepat setiap hari ulang tahun Francesca.
Hingga suatu hari sebuah paket besar ditujukan pada Francesca.
Paket tersebut merupakan bagian dari wasiat yang harus disampaikan padanya bila Robert meninggal dunia.
Dalam paket tersebut, Robert memberikan surat, kamera tua, foto-foto kenangan, liontin pemberian Francesca, serta buku kumpulan foto berjudul
"Remembering 4 Days" yang akhirnya berhasil Robert terbitkan akibat motivasi dan keyakinan besar yang dulu sempat Francesca ungkapkan sewaktu melihat foto-foto karya Robert.
Jangankan Francesca, saya yang berstatus sebagai penonton saja tidak sanggup untuk tidak terhenyak menyadari bahwa betapa Robert selama ini ternyata sama sekali tidak pernah berhenti mencintai Francesca yang dipertemukan dengannya oleh takdir selama hanya 4 hari.
Isn't that the amazingly craziest thing ever happened to such a complicated thing called Love?
Bersama dengan kisah cinta yang telah selesai diungkapkan tersebut,Francesca pun mengatakan dalam paragraf terakhir dari surat wasiatnya, bahwa ia mengharapkan anak-anaknya sekarang dapat memahami dan mewujudkan permintaan terakhirnya, yaitu agar abu jasadnya ditaburkan di atas Jembatan Roseman.
Francesca yang telah memberikan seumur hidupnya untuk Richard dan anak-anak, berharap selepas kepergiannya ia dapat memberikan sisa jasadnya terhadap kenangannya bersama Robert Kincaid.
Film pun ditutup dengan adegan anak-anak Francesca menaburkan abu dari atas Jembatan Roseman seraya tersenyum, senyum yang menyiratkan bahwa mereka bangga dan lega memiliki ibu yang berhasil memenuhi kewajibannya untuk meninggalkan teladan luar biasa bagi kelangsungan kehidupan cinta anak-anaknya, meskipun ia pernah tergelincir dalam satu kesalahan layaknya manusia biasa.
Layaknya drama romansa yang bagus, kisah ini berakhir dengan kesedihan yang terngiang terus dalam ingatan kita.
Bukan kesedihan yang mebuat kita meneriakkan ungkapan "tidak adil" berulang kali, melainkan bentuk kesedihan yang menyisakan pesan yang mendalam bagi kita tentang cinta.
Akhir kisah yang baik memang cukup jarang, namun tetap saja tidak adil bila kita bandingkan dengan akhir kisah yang sedih.
Akhir kisah yang sedih tetap bisa memikat dan muncul di tengah keramaian ingatan kita berkat keberanian sang tokoh cerita untuk melanjutkan hidup dalam rasa miris dan getirnya yang luar biasa.
Things I Experienced From This Movie
Film ini mampu membuat saya antusias berkomentar " UN-FREAKIN'-BELIEVEABLE!" tentunya dalam arti positif, sejak kali pertama saya menontonnya hingga sekarang.
Sentuhan drama yang brilian dalam The Bridges of Madison County adalah salah satu alasan mutlak kenapa film-film lama Hollywood selalu bisa membuat saya lebih sumringah untuk jatuh cinta pada alur cerita serta kedalaman pesan dan kesannya.
Ada cerita sedikit lucu seputar latar belakang bagaimana saya bisa tertarik untuk menonton film ini.
Percaya tidak percaya, saya pertama kali mengetahui sedikit info tentang The Bridges Madison County ketika sedang menyusun skripsi di Fakultas Sastra Jepang.
Skripsi saya memang meneliti tentang penyebab terjadinya fenomena masalah ketidakharmonisan hubungan suami istri dalam rumah tangga karyawan Jepang yang diamati dari sudut pandang sosial budaya, sehingga topik tentang penyebab perselingkuhan pun mesti sedikit saya teliti untuk dijadikan penunjang referensi.
Menariknya, dalam buku tersebut dikatakan bahwa wajar bila seorang istri yang kesepian dan kurang perhatian akhirnya tersandung dalam sebuah perselingkuhan, layaknya yang terjadi dalam film The Bridges of Madison County.
Membaca opini demikian, saya jadi berpikir perselingkuhan seperti apa yang terjadi dalam film itu sehingga Debbie Then merasa film tersebut pantas dijadikan contoh dalam pembahasan bukunya.
Setahun setelah kelulusan, saya baru berkesempatan menonton The Bridges of Madison County.
Benar-benar seperti menerima kejutan di hari ulang tahun, yang terjadi saya malah sibuk terharu, terperangah, dan butuh waktu untuk melepaskan kesan luar biasa yang ditinggalkan, sesaat setelah ending film tersebut selesai saya nikmati.
Ternyata tema affair yang diusung film ini adalah affair yang tidak sengaja terjadi karena tokoh Francesca dan Robert terlambat bertemu sehingga selanjutnya mereka harus cukup puas dengan hanya menjadi belahan jiwa yang tidak bisa saling memiliki.
Film ini jelas lebih mengedepankan keutuhan cinta sejati yang langgeng meski hanya bisa diam-diam saling mencintai, daripada keegoisan cinta terlarang yang mempertaruhkan segala cara demi kebersamaan semu, seperti tipikal kisah affair yang sering kita temui dalam film-film jaman sekarang.
Saya salut sekali pada karakter Robert dan Francesa.
Salah satu adegan yang cukup menarik bagi saya adalah adegan Robert menelepon Francesca untuk mengatakan bahwa jika rencana makan malam mereka justru kelak akan menempatkan Francesca pada hujatan warga sekitar, mungkin akan lebih baik bagi mereka bila tidak bertemu.
Hal yang terlintas di pikiran saya pada saat adegan tersebut ditayangkan adalah adegan semacam ini sungguh sudah sulit kita temui di film-film masa kini.
Maksud saya, mana ada ceritanya di film jaman sekarang kita temui pria yang masih sempat-sempatnya berpikir rasional dan mementingkan nama baik wanita yang ia ingin ajak berselingkuh?
Belum lagi soal pengorbanan luar biasa Francesca yang tetap memilih untuk tidak meninggalkan keluarganya padahal di satu sisi ia sangat yakin bahwa ia akhirnya menemukan makna cinta sejati yang begitu dalam setelah bertemu Robert, sesuatu yang selama in tidak pernah ia alami bersama suaminya.
Film ini menyisakan pesan personal yang sangat menggugah bagi kita untuk bijak memilih keindahan yang ditawarkan oleh hidup dan selalu mensyukuri pilihan yang kita jalani tersebut.
Saya tidak pernah mendukung bentuk apapun dari sebuah perselingkuhan.
Tapi saya sadar, orang-orang yang pernah mengalami situasi ini pasti memiliki alasan dan latar belakang yang beragam hingga akhirnya mereka bisa terperangkap dalam sesuatu yang disebut perselingkuhan.
Seperti Francesca, ia terlalu cepat memutuskan untuk menikahi suaminya tanpa merasa yakin seberapa besar faktor cinta yang memotivasi keputusannya untuk berrumah tangga, sehingga ketika dihadapkan dengan bentuk cinta yang luar biasa dari Robert, Francesca akhirnya baru menyadari bahwa inilah yang layak ia sebut cinta sejati.
Kita memang tidak boleh terburu-buru membuat keputusan untuk sesuatu yang sangat besar seperti pernikahan.
Setidaknya, kita harus yakin bahwa alasan kita menikah adalah karena kita memang telah menemukan cinta yang cukup besar dan sangat ingin kita hidupkan terus cinta itu seumur hidup bersama pasangan kita.
Dan bila kita telah menemukan cinta yang bisa membuat kita bahagia dengan caranya yang sederhana dalam diri pasangan kita, syukuri bukan hanya hari ini, melainkan setiap hari agar tidak peduli sampai setua apapun, pasangan kita tetap mengetahui bahwa ia sempurna setiap hari untuk dunia kecil kita.
MOVIE QUOTES
(In a letter to her children)
"I could have taken this (secret) with the rest of me,
but when we got older, one fear subsided."
- Meryl Streep as Francesca Johnson -
ROBERT: "You caught me. I was just picking you some flowers."
FRANCESCA : "Oh."
ROBERT : "Men still do that, don't they? I'm not out of date, am I, picking flowers for a woman as a sign of appreciation?"
FRANCESCA : "No, not at all, except those are poisonous. (Robert dropped the flowers...Francesca laughed) I'm kidding, I'm sorry. I'm just kidding. I'm so sorry."
ROBERT: "Are you sadistic by nature, or what?" (They laughed together)
- Clint Eastwood as Robert Kincaid and Meryl Streep as Francesca Johnson)
"Things change. They always do, it's one of the things of nature. Most people are afraid of change, but if you look at it as something you can always count on, then it can be a comfort."
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
"The old dreams were good dreams. They didn't work out, but glad I had them."
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
"I don't think obsessions have reasons. That's why they're obsessions."
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
"The question is : why did I get married? That's a good question. I guess because I need a homebase. We could kinda get lost when we're going a lot around the world."
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
( Before leaving Francesca's house)
"Oh, and don't fool yourself, Francesca. You're anything but a simple woman."
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
"And in that moment, everything I knew to be true about myself, up untill then, was gone.
I was acting like another woman, yet I was more myself than ever before."
- Meryl Streep as Francesca Johnson -
ROBERT: (very quietly) "I don't want to need you ..."
FRANCESCA: "Why?"
ROBERT: "Because I can't have you."
FRANCESCA: "What difference does that make?"
Clint Eastwood as Robert Kincaid and Meryl Streep as Francesca Johnson
"I'll only say this once. I've never said it before. This kind of certainty comes but just once in a lifetime."
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
"It's just that I, oh, when I think of why I make pictures...The only reason I can come up with...It just seems that I've been making my way here...It seems right now that all I've ever done in my life has been making my way here to you. And if ... I have to think about leaving here tomorrow... without you..."
(Francesca has tears on her face. Robert is facing away from the camera, towards her. They embrace.)
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
Robert : (In a whisper) "Come with me..Come away with me.."
Francesca : (does not answer)
- Clint Eastwood as Robert Kincaid -
Francesca : "Robert, please. You don't understand, no-one does. When a woman makes the choice to marry, to have children; in one way her life begins but in another way it stops. You build a life of details. You become a mother, a wife and you stop and stay steady so that your children can move. And when they leave they take your life of details with them. And then you're expected move again only you don't remember what moves you because no-one has asked in so long. Not even yourself. You never in your life think that love like this can happen to you."
Robert Kincaid : "But now that you have it..."
Francesca : "I want to keep it forever. I want to love you the way I do now the rest of my life. Don't you understand... we'll lose it if we leave. I can't make an entire life disappear to start a new one. All I can do is try to hold onto to both. Help me. Help me not lose loving you."
- Meryl Streep as Francesca Johnson and Clint Eastwood as Robert Kincaid -
"We are the choices that we have made."
- Meryl Streep as Francesca Johnson -
"But I realized love won't obey our expectations. Its mystery is pure and absolute. What Robert and I had, could not continue if we were together. What Richard and I shared would vanish if we were apart. But how I wanted to share this. How would our lives have changed if I had? Could anyone else have seen the beauty of it?"
- Meryl Streep as Francesca Johnson -
(In the letter to her children, in explaining why Francesca wanted her kids to spread her ashes over the Roseman Bridge)
"I gave my life to my family..I want what is left to go to Robert.."
- Meryl Streep as Francesca Johnson -